BREAKING NEWS
Showing posts with label Ekonomi Manajemen. Show all posts
Showing posts with label Ekonomi Manajemen. Show all posts

Monday, November 17, 2014

BAGAIMANA BRAND (MEREK) DAPAT MEMPENGARUHI KONSUMEN

Ikubaru's Blogzia-Merek merupakan sebuah identitas bagi suatu produk, dengan adanya merek disuatu produk maka produk akan mudah dikenal, dipahami, dan diingat oleh konsumen. Oleh sebab itu suatu merek takkan terlepas dari suatu produk karena keduanya dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang.

Merek juga dapat memiliki pengaruh kuat dalam menarik konsumen untuk dapat melakukan pembelian, baik itu pembelian perdana (pertama kali) maupun pembelian ulang. Dalam merek juga akan dikomunikasikan bagaimana kualitas produk dan atributnya. Apabila suatu merek produk memiliki kualitas yang menjamin kepuasan konsumennya maka suatu produk tersebut akan terus menerus dibeli oleh konsumen, sebaliknya apabila tidak dapat menjamin kepuasan konsumennya, maka produk tersebut akan ditinggalkan oleh para konsumennya.

Sebelumnya Ikubaru's Blogzia telah membahas Bagaimana PERAN MEREK (BRAND) DALAM PEMASARAN PRODUK. Pada kesempatan ini Ikubaru's Blogzia akan lebih spesifik membahas Bagaimana Brand (Merek) Dapat Mempengaruhi Konsumen.

Anda dapat menyimak pembahasan sebelumnya di :



KETERTARIKAN KONSUMEN PADA SUATU MEREK

Konsumen akan tertarik pada suatu merek manakala konsumen mendapatkan informasi yang mendukung dari berbagai media pemasaran, yakni Periklanan, Pameran Produk, Seminar, Sales Communication maupun dari referensi antar konsumen. Tujuan dari ketertarikan ini konsumen bukan hanya melakukan pembelian merek tertentu saja, namun bagaimana agar konsumen loyal pada merek dan melakukan pembelian ulang.

Pada saat ini banyak merek yang dikenal oleh khalayak dan terus dikonsumsi oleh para konsumennya. Sebagai Contoh merek-merek dari Unilever terus menerus dikonsumsi oleh konsumennya, seperti Teh Sariwangi yang unggul dalam kualitas produk dan hampir semua masyarakat mengetahui lalu memilih Teh Sariwangi. Atau juga Kecap Bango yang terus dipakai dalam masakan Nusantara.

Hal-hal diatas tak terlepas dari bagaimana pesan yang disampaikan menjadi tindakan pembelian produk dan juga bagaimana produsen menjamin kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi produk. Pesan yang disampaikan semisal dari periklanan dapat tersalurkan di benak konsumen, sehingga suatu merek dapat lebih dikenal dan berbuah positif, yakni pembelian.

Setelah konsumen melakukan pembelian, seorang konsumen akan merasakan dan menilai mengenai kualitas produk dari merek tertentu. Disinilah peran produsen untuk menjamin kepuasan konsumennya melalui kualitas sehingga konsumen menjadi loyal pada produk merek tertentu.



LOYALITAS KONSUMEN PADA MEREK DAPAT MENGALAHKAN PRODUK PESAING

Seorang Konsumen yang sudah loyal pada suatu merek akan sulit untuk meninggalkan merek tersebut walaupun produk pesaing jauh lebih hebat dalam atribut produknya. Hal ini disebabkan karena benak konsumen lebih percaya pada merek yang diloyalkan dibandingkan merek pesaing. Disinilah keberhasilan produsen dalam "mengikat" konsumennya untuk terus melakukan pembelian produknya.

Sebagai Contoh ialah Shampoo Head & Shoulder dan Shampoo Clear. Kedua merek ini memiliki komposisi bahan yang berbeda. Bagi seseorang yang sudah lama dan cocok dengan Shampoo Clear akan sulit cocok dengan Shampoo Head & Shoulder karena komposisi bahannya yang berbeda, mungkin juga cara pemakaiannya yang berbeda. Walaupun konsumen tersebut "Selingkuh" pada merek produk pesaing namun pada akhirnya akan kembali lagi pada merek produk loyalnya.

Perli diingat konsumen akan loyal manakala seseorang membeli produk didasarkan pada bagaimana produk tersebut sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Akan tetapi sebaliknya Konsumen tidak loyal pada suatu merek karena pembeliannya hanya didasarkan pada karakteristik produk, harga yang murah atau adanya potongan harga, serta pengaruh atribut produk yang hanya bersifat sementara.



MEREK DALAM SEGMENTASI PRODUK

Suatu Merek juga dapat menggambarkan suatu Segmentasi Konsumennya. Segmentasi merupakan pemilahan konsumen berdasarkan kriteria tertentu, seperti tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, demografi, dan usia. Sebagai contoh ialah Merek Mobil Lamborghini dan Toyota Agya. 

Merek Mobil Lamborghini dan Kijang merupakan dari produsen yang berbeda dan memiliki segmentasi yang berbeda. Merek Mobil Lamborghini dikenal sebagai mobil kelas atas (Segmen Kelas Atas) sedangkan Mobil Merek Toyota Agya dikenal sebagai Mobil murah yang menyasar pada kelas bawah (Segmen Kelas Bawah). Dari Segmentasi ini tentu tingkat promosi dalam mempengaruhi konsumennya pun berbeda.


STRATEGI PEMASARAN DALAM LOYALITAS KONSUMEN


Pertama kali yang harus dilakukan oleh produsen ialah bagaimana membuat Brand atau merek dikenal dan dipercaya oleh konsumennya. Dari kedua hal ini maka konsumen akan melakukan tindakan pembelian yang didasarkan pada Afektif (Perasaan) dan Kognisi (Pemikiran) konsumen. Untuk membuat kepercayaan konsumen pada suatu merek produk maka produsen harus memberikan Bukti Fisik (Tangible) pada konsumen melalui kualitas merek produk. Dari hal ini konsumen akan cinta pada merek produk tersebut dan juga dengan sendirinya akan terjadi referensi antar konsumen dalam mereferensikan produk yang mereka loyal-kan.

Strategi yang harus diterapkan oleh produsen ialah layanan purna jual. Layanan Purna Jual ini dapat berupa Garansi, Pengembalian (Retur), serta Layanan Service. Sebagai contoh Sepeda Motor merek Honda banyak dipilih karena salah satunya Layanan Purna Jual-nya (Service) mudah dirasakan oleh konsumennya. Sehingga konsumen sepeda motor merek Honda akan selalu loyal pada merek tersebut.

Selain memperkuat hal inti dari merek, produsen juga harus memperkuat bagaimana atribut produk pada merek tertentu untuk lebih menarik perhatian konsumen untuk melakukan pembelian perdananya. Atribut produk ini dapat terkait dengan Desain dan Kemasan Produk, Fitur yang melengkapi, Pengemasan dan Kepraktisannya, serta atribut produk lainnya.


Sunday, October 12, 2014

SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Ikubaru's Blogzia-Menurut Shapiro dalam Kuncoro (1996: 17), Sistem Moneter Internasional (SMI) merupakan sistem moneter yang menunjuk seperangkat kebijakan, institusi, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkat dimana suatu mata uang yang ditukarkan dengan mata uang lain. SMI sering diibaratkan seperti lampu lalu lintas konvertibilitas kurs mata uang asing dimana pelaku transliterasi tak ada masalah dalam kegiatan konvertibilitas kecuali ada masalah pada lampu lalu lintas tersebut. SMI sangat erat kaitannya dengan konsep konvertibilitas mata uang (Currency Convertibility).


KONVERTIBILITAS MATA UANG (CURRENCY CONVERTIBILITY)

Konsep konvertibilitas mata uang (Currency Convertibility) secara implisit menekankan pentingnya penggunaan mata uang yang dapat dengan mudah ditukarkan dengan mata uang lain (Internationally Convertible Currency). Konvertibilitas secara implisit menunjukkan ada tidaknya pasar yang bebas dan aktif bagi suatu mata uang. Walaupun konversi suatu mata uang ke mata uang lain tidak dihambat oleh peraturan pemerintah yang berlaku, mungkin saja tidak cukup permintaan dari penduduk dari luar Negara tersebut karena kurang memiliki konvertibilitas mata uang (Inconvertible Currency).


Konsep konvertibilitas berkaita erat dengan perbedaan antara Hard and soft Currencies. Ada beberapa ciri mata uang yang tergolong Hard Currency, yakni:
  1. Adanya Mata Uang yang Diterima Luas sebagai Bukti Pembayaran Internasional. Mata uang yang menjadi dasar alat tukar internasional seperti Dollar AS, Euro, Yen, Dollar HK, dan Poundsterling. Alat pembayaran ini dapat diterima oleh banyak Negara, walaupun mata uang yang digunakan tidak memakai mata uang internasional tersebut.
  2. Adanya Suatu Pasar yang Bebas dan Aktif. Mata uang yang dijadikan oleh digunakan sebagai alat tukar internasional dapat mudah diperoleh dan diperjualbelikan secara internasional di pasar valuta asing suatu Negara dalam jumlah yang banyak.
  3. Minimnya Restrikasi dalam Transfer Uang ke Dalam maupun Luar Negeri


SEJARAH SISTEM MONETER INTERNASIONAL


Dalam perjalanannya Sistem Moneter Internasional (SMI) telah mengalami beberapa kali evolusi mulai dari Sistem Standar Emas (1821-1914), Non-System (1914-1944), Sistem Bretton Woods (1946-1968), Sistem Kurs Tertambat (1968-1973), dan Sistem Kurs Mengambang (1973-sekarang).  (Kuncoro, 1996:27)


SISTEM STANDAR EMAS (1821-1914)

Sistem Standar Emas didasarkan oleh anggapan Colombus yakni Emas merupakan kekayaan, dan siapa yang menguasainya mempunyai semua yang ia butuhkan di dunia. Standar Emas ini menunjukkan nilai intrinsik (nilai logam pembuat uang) sama dengan nilai nominalnya (nilai yang tertera pada mata uang tersebut). Standar Emas memiliki ciri-ciri penting yang dapat dilihat dari beberapa aturan dasarnya, yakni:
  1. Menentapkan mata uangnya berdasarkan nilai emas yang berlaku
  2. Aliran Ekspor dan Impor dizinkan bebas tanpa hambatan antar Negara
  3. Otoritas moneter harus memegang cadangan emas dalam kaitannya dengan uang kertas yang dikeluarkannya.
Dengan penerapan sistem Emas ini ketidakselarasan kurs tukar secara otomatis akan dikoreksi dengan arus emas lintas batas. Ketidakseimbangan pembayaran internasional juga akan terkoreksi secara otomatis (price-specie-flow mechanism).


NON-SYSTEM (1914-1944)

Pengaruh Perang Dunia I yang terjadi di beberapa Negara termasuk di Eropa membuat perekonomian di beberapa Negara eropa menjadi terkena imbasnya. Beberapa Negara di Eropa seperti Inggris, Perancis, Jerman, dan Rusia mulai menghentikan penebusan wesel bank dalam emas dan mengembargo ekspor emas. Negara-negara Eropa mulai meninggalkan Sistem Standar Emas. Efek yang terparah juga banyak dialami beberapa Negara di luar Eropa, seperti Amerika Serikat yang menderita kelesuan perekonomian pasca Perang Dunia I (Kelesuan Black Tuesday) pada 1929.

Dalam kondisi ini banyak Negara yang masuk pada fenomena Nonsytem dalam Sistem Moneter Internasional dimana nilai mata uang ditentukan secara arbiter oleh pemerintah dan mekanisme pasar. Banyak Negara akhirnya melakukan perang perdagangan Beggar-thy-Neighbour (Politik Memiskinkan Negara Tetangga) dengan cara menurunkan nilai mata uangnya agar dapat menaikkan ekspor dan menurunkan impor. Akibatnya perdagangan dan keuangan internasional menjadi kacau akibat upaya preventif keuangan oleh beberapa Negara.


SISTEM BRETTON-WOODS (1946-1968)

Untuk mencegah kebijakan ekonomi yang destruktif di masa mendatang dan mengambil pelajaran di masa Non-System, pada bulan Juli 1944 diadakan Konfrensi Moneter Internasional di Bretton Woods, New Hamspire, Amerika Serikat yang dihadiri 44 negara. Konfrensi ini berhasil melahirkan dua lembaga moneter Internasional, yakni Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (IBRD) yang bertugas melaksanakan SMI menurut Sistem Bretton Woods.

Sistem Bretton Woods beroperasi atas dasar pertukaran emas (Gold Exchange Standard), yakni setiap Negara diminta menetapkan nilai pari mata uangnya dengan kurs tetap atau terttambat Dollar AS. Dollar AS akan ditambatkan terhadap Emas dengan nilai emas sebesar $35/ons. Oleh karena itu, berdasarkan Sistem Bretton Woods Dollar AS dijadikan standar moneter internasional dan juga setiap mata uang dunia harus didasarkan pada satuan nilai tambat Dollar terhadap emas.

Contoh nilai tukar mata uang asing dalam system Bretton Woods ialah Deustch Mark (DM) nilainya identik dengan  ons emas, berarti nilai 1 DM bernilai , yakni $0,25 per 1 DM. Kurs tersebut diperbolehkan untuk berfluktuasi dengan batas 1% dari nilai pari.

Dalam sistem Bretton Woods memiliki pernanan sentral dalam sistem moneter internasional. Hal ini diperkuat dalam kebijakan moneter AS yang menyebar ke seluruh dunia. Apabila AS menjalankan kebijakan ekspansi moneter, Negara lain mau tak mau harus menjalankan kontraksi moneter agar dapat mempertahankan kurs parinya. Namun hal ini menjadi kendala bagi Amerika Serikat yang memiliki tingkat inflasi lebih tinggi dibandingkan Negara-negara Eropa, ditambah lagi Amerika Serikat menjadi penopang utama (Reserve Currency Country) yakni menyuplai likuiditas internasional dengan Dollar AS dan menjamin konvertibilitas Dollar AS terhadap emas. Hal ini kemudian melahirkan Trffin Dillema, yakni di satu sisi peran AS dalam memecahka masalah likuidasi dunia namun disisi lain utang AS meningkat terhadap Negara lain.
Menurut McKinnon dalam Kuncoro (1996:24), Dalam pelaksanaannya, Sistem Bretton Woods merupakan konsep modern mengenai konvertibilitas mata uang sering diasosiasikan dengan pernanan Amerika Serikat. Namun Sistem Bretton Woods ini hanya tinggal nama ketika 21 negara industri berubah nilai parinya terhadap Dollar AS. 12 Negara memutuskan mendevaluasi mata uangnya lebih dari 30% terhadap Dollar AS, 4 melakukan Revaluasi, dan 4 lainnya mengambangkan nilai mata uangnya.


SISTEM KURS TERTAMBAT (1968-1973)

Untuk mencegah dampak kegagalan Sistem Bretton Woods pada Desember 1971 sepuluh Negara mengadakan pertemuan moneter di Smitsonian Institute, Washington DC. Pertemuan ini menjadi titik awal dimulainya sistem Kurs Tertambat. Pertemuan ini menghasilkan persetujuan sebagai berikut:
  1. Harga emas dinaikkan menjadi $38/ons, sebelumnya $35/ons.
  2. Setiap negara lain merevaluasi mata uangnya terhadap US$ di atas 10%
  3. Batas kurs tukar diijinkan bergerak 1%-2,25% dalam arah yang lain.
Untuk mencegah kolapsnya nilai Dollar AS terhadap emas maka timbullah kebijakan Penciptaan Aset Cadangan Baru (special drawing rights atau SDRs) oleh IMF. SDRs cenderung lebih stabil dibanding mata uang indivi-dual, sehingga menjadi mata uang denominasi yang atraktif untuk kontrak2 komersial dan keuangan internasional di bawah ketidakpastian kurs tukar. Dalam SDRs ini terdapat hal penting, yakni:
  1. Awalnya, rata-rata tertimbang atas 16 mata uang dengan pangsa ekspor dunia > 1%
  2. Pada 1981, kompisisinya hanya terdiri dari lima mata uang utama, yaitu US$, GDM, JP¥, B£, dan FF
  3. Pada Januari 1999, IMF mengganti GDM dan FF dengan euro dengan kurs konversi tetap.
 

SISTEM KURS MENGAMBANG (1973-sekarang)

Sistem Bretton Woods akhirnya benar-benar mati dan ditinggalkan oleh beberapa Negara. Untuk mengantisipasinya, Pada Januari 1976 para anggota IMF mengadakan pertemuan di Jamaika untuk menyetujui sistem moneter baru. Dari pertemuan ini menghasilkan 3 kunci utama, yakni
  1. Kurs fleksibel dideklarasikan bagi anggota IMF
  2. Emas secara resmi dibebaskan sebagai aset cadangan internasional
  3. Negara-negara non-pengekspor minyak dan negara kurang berkembang diberi akses lebih besar terhadap dana IMF
Dari hasil pertemuan ini Negara-negara mengalami krisis pembayaran neraca pembayaran dan kurs tukar diberikan bantuan dana oleh IMF. Hasil dari pemberian bantuan ini nilai Dollar AS terhadap kurs mata uang lain bervariasi, yakni menurun, meningkat, dan mencapai puncak.

Pada September 1985, Negara-negara G-5 (Prancis, Jepang, Jerman, Inggris, dan AS) bertemu di Hotel Plaza, New York untuk membahas lebih lanjut kebijakan moneter inetrnasional. Dari pertemuan ini dihasilkan persetujuan untuk mendepresiasi Dollar AS terhadap mata uang paling utama untuk memecahkan masalah defisit perdagangan AS dan mengungkapkan keinginannya untuk mengintervensi di pasar valas untuk merealisasikan tujuan ini.

Pertemuan ini juga menghasilkan beberapa kesepakatan berupa Louvre Accord, yang meliputi:
Negara-negara G-7 akan bekerjasama untuk mencapai stabilitas kurs tukar yang lebih besar
Negara-negara G-7 menyetujui untuk berkonsultasi dan berkoordinasi lebih erat atas kebijakan-kebijakan makro-ekonomi.

Refrensi penulisan:
Kuncoro, Mudradjad. 1996. Manajemen Keuangan Internasional.
Warsono. Non-Tahun. Slide Manajemen Keuangan Internasional.

Materi Penulisan:
Tugas Manajemen Keuangan Internasional, Dosen Pengasuh Subur Karyatun, S.E., M.M.

Materi yang berkaitan:

Thursday, September 25, 2014

TEORI PERIKLANAN INTERNET


Ikubaru's Blogzia-Periklanan Internet (Internet Advertising) merupakan salah satu periklanan yang banyak dipakai perusahaan-perusahaan dalam mempromosikan produk yang dihasilkannya. Pada saat ini Internet bukan lagi hal yang asing bagi masyarakat, penggunaan internet dikalangan masyarakat yang meningkat membuat perusahaan untuk memasang iklan pada website publisher yang potensial. Internet memberikan pengaruh secara radikal bagaimana perusahaan berkomunikasi dengan pelanggan dan membangun hubungan diantara mereka (Sumarwan, et. All, 2010).



Banyak sekali faktor yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan iklan yang didasarkan pada produk, tujuan kampanye iklan, alam dan lokasi pasar sasaran, anggaran, dan persaingan. Salah satu yang membedakan strategi iklan digital ialah mempertimbangkan apakah mereka akan melibatkan media yang dibayar, memiliki media sendiri, atau memanfaatkan media yang ada (Hermawan, 2012:222).
  
Internet dapat membuat penggunanya (dalam hal ini konsumen) mengontrol sendiri informasi apa yang akan mereka lihat dan seberapa lama mereka ingin melihat informasi tersebut. Dengan hal ini maka pengguna internet dapat memilih situs mana yang mereka suka, situs apa yang akan mereka buka selanjutnya, serta keputusan-keputusan lain yang dapat mereka tentukan pada saat mereka menggunakan internet. Dimana hal ini mungkin sulit dilakukan oleh iklan televisi (Pratomo dan Hardianto, 2008).


BENTUK DAN METODE PERIKLANAN INTERNET


 Bentuk  periklanan internet pada awalnya hanya berbentuk banner yang dipasang di beberapa website. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pengguna internet akan informasi, membuat Advertiser mulai merubah bentuk periklanan intenet. Bentuk perriklanan internet dapat dikelompokan sebagai berikut (PortalHR.com):
  1. Direct Advertising, di mana pemasang iklan dan pemilik media berhubungan langsung dan menandatangani kontrak untuk menampilkan iklan atau inisiatif promosi lainnya.
  2. Self-service Advertising: Pendekatan iklan baru di mana materi iklan, penempatan iklan, tampilan serta teks dikerjakan sendiri oleh pemasang iklan melalui metode proses yang dilakukan sendiri di Online. Contoh: Blogads dan Google AdWords.
  3. Ad Networks: Sebuah jaringan (network) iklan yang menghubungkan dan memediasi antara  pemasang iklan dengan pemilik situs web. Contoh: ValueClickMedia dan Tribal Fusion.
  4. Contextual Advertising: Iklan yang ditargetkan pada content. Iklan tidak ditampilkan secara random, tetapi telah dipilih oleh sistem secara otomatis sesuai dengan content yang relevan dengan iklan tersebut. Contoh: Google AdSense dan Yahoo Publisher Network.
  5. Twitter Advertising:  Iklan yang berfungsi sebagai tweet dari pemasang iklan, yaitu iklan berbasis keyword yang pendek, yang didistribusikan kepada user yang membaca content yang sesuai dengan keyword yang dipilih. Contoh: Magpie dan Twittad.
  6. In-Text Advertising: Sistem in-text advertising secara otomatis menghubungkan kata-kata tertentu di dalam website dengan content iklan yang berhubungan.  Contoh: Kontera dan Vibrant in-Text Ad.
  7. Ad Network Optimization:  Jasa optimasi iklan ini mengevaluasi dan memilih iklan yang membayar terbanyak untuk ditampilkan dalam halaman web dengan mengevaluasi semua pilihan serta ukuran iklan yang paling baik, dan karakteristik visualnya. Contoh: PubMatic dan YieldBuild.
  8. Rep Ad Agencies: agen periklanan yang mewakili blog-blog serta situs web tertentu dan memediasi penjualan mereka untuk kampanye-kampanye besar yang dilakukan brand-brend besar ataupun agensi iklan besar. Contoh: Federated Media dan Tribal Fusion.
  9. Social Advertising: Iklan untuk social media. Tidak seperti iklan tradisional, format iklan ini memanfaatkan dinamika pengaruh sosial seperti pengaruh peer group, word of mouth, viral marketing dan rekomendasi langsung dari teman ke teman. Contoh: VideoEgg dan Meebo.
  10. Video Advertising: Bentuk iklan yang ditargetkan pada content video. Berbagai format tersedia, termasuk iklan dinamis yang bisa tampil sebelum, setelah, ataupun selama tayangnya content video tertentu. Contoh: Voxant dan AdSense for Video
  11. RSS Advertising: Iklan ini ditampilkan di dalam RSS Feed, yang bisa disesuaikan dengan konteks content RSS feed tersebut atau secara manual ditargetkan pada kebutuhan promosi tertentu. Contoh: Pheedo dan Feedvertising.
  12. Sponsorship: adalah bentuk bantuan dana atau bisa juga dalam bentuk produk/layanan sebagai ganti promosi terhadap suatu brand.

Metode pemasangan iklan di website mulai beraneka ragam bentuknya. Metode periklanan internet ini biasanya dilakukan baik secara mandiri (Direct Advertising) maupun melalui beberapa situs Ads Network (situs layanan periklanan online), seperti seperti Google Adsense, Adsensecamp.com, Kumpulblogger.com, Kliksaya.com, Sitti, dan lain sebagainya. Situs Ad Networks merupakan salah satu situs yang menghubungkan antara Advertiser (Pemasang Iklan) dengan Publisher (Penayang Iklan). Adapun jenis metode periklanan internet yang dipakai oleh situs layanan periklanan online ialah sebagai berikut:




EFEKTIVITAS PERIKLANAN INTERNET PADA PROMOSI PRODUK

Menurut Kotler dan Amstrong (2010), pada Saat ini iklan internet telah menjadi kekuatan pendorong bagi inisiatif dan upaya periklanan. Seiring dengan penggunaan Internet yang semakin luas mendorong transkasi online semakin meluas pula, dan bahkan menjadi media pemasangan iklan bagi produk yang dipasarkan. Para Pemasang Iklan (Advertiser) akan memasangkan iklannya pada website-website publisher yang potensial, yakni banyak dikunjungi oleh pengunjung (visitor). 

Menurut Tsang dan Tse dalam Wei, Jerome, dan Shan (2010) Iklan Internet yang efektif merupakan Iklan yang dapat memberikan respon langsung dari konsumen. Dalam memberikan respon langsung dari konsumen, suatu periklanan internet dilengkapi beberapa fitur untuk mendukungnya. Berdasarkan Model dari Burke dan Edell (1989) dan Escalas dan Rutgers (2003) terdapat tiga fitur online yang digunakan dalam iklan internet, yakni Multimedia, Picture, dan Content. 


Multimedia
Suatu fitur yang menggunakan video singkat yang mempromosikan 82% kesadaran akan merek dan meningkatkan 67% kesukaan merek dalam iklan video online
Online Publishers
Association
(2008)
Animasi dengan gambar yang bergerak dan grafik meningkatkan  presentasi pesan yang membujuk
Yoo et al. (2004)
Media mini games atau iklan game, suatu bentuk periklanan video digital yang fitur merek produk berada dalam sebuah lingkungan permainan, membuat pengalaman virtual yang lebih rumit dan terinci bagi konsumen
Wise, Bolls, Kim,
Venkataraman,
and Meyer (2008)
Pictures
Gambar dan imej dapat membuat periklanan online tampak lebih menarik bagi konsumen
Taylor et al.
(2008)
Pelanggan lebih atraktif ketika periklanan mudah dimengerti tanpa melibatkan sejumlah besar teks
Kumar (2008)
Gambar selebritis dapat mempromosikan produk atau layanan dan menimbulkan tanggapan positif dari konsumen.
Quester et al.
(2007)
Content
Pesan pendek dan singkat  berkontribusi pada efektivitas periklananan banner
Baltas (2003)
Konsumen tertarik untuk meng-klik periklanan yang mengandung pengetahuan informasi mengenai produk dan layanan.
Adam (2003)
Periklanan memfokuskan pada koneten yang gagal untuk menarik tingkat respon pelanggan yang luas
Armstrong (2001)


Dalam menetapkan strategi dalam memasang iklan, para advertiser (pemasang iklan) akan menetapkan beberapa kriteria seperti isi atau konten dari website tersebut. Suatu web atau blog dengan konten yang menarik akan membuat pengguna internet datang berkali-kali karena ketertarikannya terhadap konten yang ada, sehingga bisa dimungkinkan suatu website tersebut popular di internet (Hidayat, 2007:18)

Advertiser akan mempertimbangkan pada website yang memiliki kualitas baik dalam pencarian di search engine. Website yang berkualitas dapat dilihat pada Search Engine Optimization (SEO) yang baik, yakni website akan tampil pada urutan teratas daftar pencarian pada search engine. SEO suatu website sangat berkaitan pada trafik pengunjung yang ada pada website tersebut, sehingga website sebagai media periklanan internet dapat lebih efektif dalam penyampaian pesan iklan internet. Beberapa Website Publisher menyediakan tempat bagi Advertiser dalam beberapa metode periklanan internet seperti, CPC, CPA, dan CPM. Mayoritas Publisher bayak mengadopsi metode CPM, yakni periklanan didasarkan pada satu impression sebagai satu unit iklan yang terpampang di layar pengguna. Meskipun harga perklik dengan metode CPC dan CPA lebih tinggi dibandingkan CPM, presentase pengunjung situs yang benar-benar mengklik iklan pada suatu website umunya kurang dari 1% (Turrow, 2012)

Segmentasi pasar sasaran dapat dilihat pada niche website tersebut. Niche suatu website dapat menggambarkan tema dari website tersebut. Para Advertiser akan mempertimbangkan website mana yang sesuai dengan produknya, sehingga massage yang terkadung dalam iklan yang diiklankan dapat tepat tersampaikan pada segmen tertentu. Selain itu segmentasi periklanan juga dapat dilakukan dengan memperoleh data personal pengunjung. Data tersebut umumnya secara langsung melibatkan data individu maupun data keluarga yang diperoleh Publisher melalui website. Dari data personal pengunjung, publisher dapat mengidentifikasi informasi apa yang pengunjung inginkan dalam suatu website, sehingga kesempatan periklanan dapat sesuai dengan niche website (Mougayar, 1998).


Tulisan ini diadaptasi dari :
Iqbal Novryanto. 2013. Tugas Manajemen Pemasaran "Pengaruh Periklanan Internet terhadap Keputusan Pembelian Kecap Bango pada Momen Idul Adha"

Pembahasan yang Terkait:

 
Back To Top
Copyright © 2014 Ikubaru's Blogzia. Designed by OddThemes