Ikubaru's Blogzia- Esok hari tepat 17 Agustus 1945 yang merupakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Di hari itu pula dikumandangkan Proklamasi Indonesia oleh Bapak Proklamator kita, Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur No. 51, Jakarta. Hari yang merupakan momentum puncak perjuangan Rakyat Indonesia setelah lebih dari 3,5 Abad dijajah oleh bangsa asing.
Tak terasa 69 tahun telah berlalu banyak cerita yang menyertai perjalanan bangsa Indonesia yang kita cintai ini. Sudah berkali-kali berganti pemimpin yang memimpin Republik Indonesia, patut kita akui setiap pemimpin banyak berkontribusi bagi kemajuan bangsa Indonesia ini. Kita akui pula Presiden-presiden yang pernah memimpin Indonesia berupaya keras mengisi kemerdekaan ini dengan kepemimpinan yang mereka jalankan, walau terkadang kurang sesuai dengan kehendak rakyat.
Berbicara mengenai kemerdekaan Indonesia ini seringkali diteriakkan kata MERDEKA pada saat peringatan Kemerdekaan Indonesia. Diakui secara Formal memang kita telah merdeka, karena secara fisik Indonesia sudah tidak dijajah oleh Bangsa Asing, namun apakah secara pemikiran sudahkah Indonesia Merdeka? Mungkin banyak pendapat yang akan berkembang seiring munculnya pertanyaan tersebut.
Pada zaman Globalisasi ini kita akui perkembangan teknologi dan informasi yang semakin canggih. Namun perkembangan informasi yang semakin gencar ini tidak tidak dibarengi oleh perkembangan mental dan pemikiran manusia Indonesia. Terkadang Manusia Indonesia menerima saja apa yang mereka dapatkan tanpa adanya Filter yang berupa Nilai dan Norma dalam diri Manusia Indonesia.
Kita dapat lihat apa yang sekarang terjadi di kalangan masyarakat dimana Nilai dan Norma perlahan mulai memudar akibat ketidak seimbangan antara Perkembangan Informasi yang gencar dengan Perkembangan Manusia Indonesia. Benar saja apa yang pernah dikatakan oleh seorang Futurologi Barat, Alvin Toffler, "Semakin Berkembang Teknologi, maka Kualitas Doa (Ibadah) akan menurun". Hal ini dapat kita pahami dengan menurunnya Kualitas Doa atau Ibadah maka menurun pula Nilai dan Norma yang dimiliki Bangsa Indonesia.
Menurunnya Nilai dan Norma Bangsa Indonesia ini tentu akan perlahan merubah pola dan gaya hidup bangsa Indonesia menjadi lebih bebas tanpa ada batasan. Padahal Bangsa Indonesia telah lama dikenal sebagai bangsa yang memiliki Nilai dan Norma yang tinggi, namun bagaimana jika Nilai dan Norma Bangsa Indonesia sudah memudar akankah Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang santun dan beradab?
Disinilah akan banyak terjadi Asimilasi dan Akulturasi Kebudayaan luar yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia akibatnya Budaya dan Nilai Keagamaan Bangsa Indonesia akan perlahan terkikis. Kita akui di satu sisi Perkembangan teknologi dan Informasi akan membuat Bangsa Indonesia menjadi lebih maju, namun hal ini akan terwujud apabila Individu Bangsa Indonesia dapat memanfaatkan Perkembangan Teknologi Informasi secara baik sesuai dengan koridornya.
Padahal apabila Bangsa Indonesia dapat mengendalikan pesatnya perkembangan Teknologi dan Informasi, Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa maju dan setara dengan bangsa yang mampu menciptakan teknologi. Memangn sebagaian Bangsa Indonesia sudah mampu mengenadalikan pesatnya Teknologi dan Informasi, bahkan banyak dari mereka yang menjadi Inovator, namun sebagian yang lain Bangsa Indonesia masih terjajah secara teknologi dan informasi dan adiktif (ketagihan) pada teknologi yang membuat Individu Indonesia semakin terpuruk.
KEMERDEKAAN DAN KESEJAHTERAAN?
Banyak kalangan masyarakat yang berpendapat bahwa Kemerdekaan Indonesia belum cukup tercapai karena sebagian masyarakat masih hidup dibawah garis kemiskinan. Dalam mengatasi permasalahan kemiskinan memang tidak cukup hanya bergantung pada pemerintahan saja, namun permasalahan kemiskinan ialah TANGGUNG JAWAB kita sebagai warga negara.
Sebagai warga Negara Indonesia khsusnya bagi Kita yang beragama Islam, kita memang diwajibkan untuk berbagi rezeki dengan orang yang membutuhkan. Kita diwajibkan untuk membayar Zakat pada akhir Ramadhan. Menurut Badan Amil Zakat Nasional diperkirakan Potensi Zakat dapat mencapai Rp 270 Triliyun, tentu potensi zakat ini dapat mensejahterakan masyakarat miskin.
Disisi lain pada pemerintah SBY Periode kedua memang sudah berjalan Program PNPM dan KUR yang dapat mengangkat derajat ekonomi bangsa Indonesia, namun hal ini masih perlu evaluasi karena kurangnya partisipasi dan pemahaman masyakarat Indonesia serta banyaknya Kredit Macet akibatnya uang susah untuk berputar kembali. Namun tidak sedikit banyak yang berhasil dari program ini karena mampu merubah Mindset mengenai usaha yang mereka jalankan.
Mindset memang sangat berperan bagi pengentasan kemiskinan dalam skup pribadi. Terkadang ada beberapa orang yang berpikrian bahwa kesejahteraannya sangat bergantung pada pemerintah, mereka seringkali mencela pemerintah dengan alasan ini itu yang dianggap menyusahkan dirinya, padahal usaha yang dilakukannnya untuk mensejahterakan diri dan kelaurganya kurang maskimal. Hal ini banyak terjadi di kalnagan masyarakat pada dewasa ini. Untuk itulah mari kita ubah mindset atau pemikiran kita, bahwa kesejahteraan tidak mutlak bergantung pada pemerintah, namun sangat dominan pada diri kita sendiri, bukankah Tuhan tidak akan merubah suatu kaum Tanpa Kaum itu merubahnya sendiri?
KEMERDEKAAN INDONESIA SECARA EKONOMI DAN PANGAN
Akhir-akhir ini setelah terjadinya pesat akbar Pemilihan Umum terungkap bahwa Kekayaan Indonesia memang banyak dikuasai oleh Pihak asing. Banyak kekayaan alam Indonesia yang tidak dinikmati oleh masyakarat Indonesia. Para Calon Presiden sebelumnya pernah berjanji untuk melakukan Re-Negosiasi pada Perusahaan Asing. Janji para Calon Presiden tersebut memang sangat bagus untuk mencegah terjadinya kebocoran Kekayaan Indonesia ke luar negeri, namun yang perlu diperhatikan ialah BAGAIMANA LANGKAH AWAL DARI RE-NEGOSIASI DAN BAGAIMANA TEKNIS PELAKSANAANNYA AGAR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAPAT TERCAPAI?
Kesejahteraan Masyarakat secara ekonomi juga tak terlepas dari aspek Pangan. Sudah sejak lama Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris karena memiliki kekayaan dan potensi Agronomi yang sangat berlimpah, seperti Tanah yang subur, Ahli Pertanian yang handal dalam aplikasi Varietas Unggul, serta Kondisi Iklim yang sangat mendukung Pertanian. Namun seiring dengan perkembangan zaman tanah pertanian di Indonesia mulai menurun sehingga potensi Agronomi Indonesia perlahan menurun. Hal ini tentu akan menurunkan Swamsebada Pangan Indonesia.
Pada Pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia sering sekali mengalami Swamsebada Pangan berkat program Revolusi Biru dan Hijau, serta didukung oleh Riset mengenai aspek Pertanian, Perkebunan dan Perikanan pada masa itu. Pada pemerintahan sekarang memang sudah banyak yang dilakukan oleh Kementrian Pertanian dalam mewujudkan Swamsebada Pangan, dengan terus menambah lahan pertanian produktif. Program ini akan lebih baik berkelanjutan pada pemerintahan berikutnya.
Demikian Artikel ini Admin tulis, mohon maaf apabila ada kesalahan kata dan pemilihan Kata dalam artikel ini. Perlu dicatat bahwa Ikubaru's Blogzia tidak terikat pada Muatan Politik tertentu, Ikubaru's Blogzia murni ingin mengingatkan diri admin sendiri dan kita semua sebagai Bangsa Indonesia
Secara global ane ngerasa udah merdeka gan..dibanding negara lain malah ada yang sibuk berperang..
ReplyDeletemampir balik ke " manfaat bersama "